Cerita Rakyat Kuala Tolam
Sejarah Makam Maharaja sinda
Maharaja sinda
nama gelarannya, nama aslinya T. S. Abdurrahman dari Kerajaan Johor. Dia hijrah
ke Siak Sri Inderapura bersama seorang saudara perempuan (adik kandungnya).
Sesampainya di Siak, adik kandungnya kawin dengan seorang Raja Siak Sri
Inderapura. Kemudain Maharaja Sinda ini di perintahkanlah ke Pelalawan oleh
Raja Siak saat itu ( adik iparnya) untuk membina Kerajaan Pelalawan saat itu.
Dibuatlah
suatu perjanjian mengenai hasil Kerajaan Pelalawan ini dibagi tiga : satu
bahagian untuk Siak dua bahagian untuk Pelalawan. Perjanjian ini di setujui
oleh kedua belah pihak. Tidak lama sesudah itu, pindah Maharaja Sinda ke
Pelalawan untuk menjalankan tugas di Kerajaan Pelalawan.
Entah berapa
lamanya ia menjalankan tugas di Kerajaan ini, ia mendapat tuduhan upeti yang
dijanjikan tidak diberikan menurut semestinya sesuai perjanjian yang
disepakati. Sedangkan hasil Kerajaan ini melimpah ruah, inilah tuduhan dari
Kerajaan Siak. Padahal beliau tidak berbuat hal sedemikian.
Pada saat itu
Maharaja Sinda merasa kecewa atas tuduhan demikin itu, maka diutuslah seorang
pejabat dari Kerajaan Pelalawan untuk memberi penjelasan kepada Kerajaan Siak
saat itu. Maka pejabat tersebut lansung meghadap Raja Siak. Namun, apa yang di
sampaikan oleh pejabat
Cuma Kerajaan
Siak memberikan keputusan yaitu : uang upeti yang dijanjikan telah dibuat
supaya dibatalkan harus diperbuat baru, dengan ketentuan dua bahagian untuk
Siak satu bahagian untuk Pelalawan. Jika Kerajaan Pelalawan tidak setuju,
hubungan Pemerintah Kerajaan Siak dengan Kerajaan Pelalawan mulai saat ini
diputuskan. Segalah hasil Kerajaan Pelalawan di ambil secara kekerasan atau
perang dalam waktu yang singkat. Selesai pejabat tersebut menerima keputusan
itu, beliau pun ke Pelalawan menyampaikan hasil perundingan dan keputusan dari
Kerajaan Siak yang dibawanya, kepada Raja Pelalawan yaitu Maharaja Sinda.
Mendengar berita ini, Maharaja Sinda ini tidak banyak pikir singkat lagi.
Baginda pun mengumpulkanlah Hulubalang, Menteri dan Pejabat-pejabat dalam
Kerajaan Pelalawan dan menyampaikan beberapa hal : di seberang sungai Mempusun
di buat Kubu (benteng) di bangun gudang mesiu. Kemudian di Kuala Sungai itu pun
di bangun rumah jaga, dan dilaut Sungai Mempusun di pasang rakit untuk menutup
sungai supaya Kapal perang angkatan Kerajaan Siak tidak dapat menyerang
Kerajaan Pelalawan.
Dan
diperintahkan kepada beberapa menteri untuk mencari hulubalang yang handal
mempunyai ilmu batin yang ternama. Selain musyawarah tersebut, semua pejabat
kerajaan bersiaplah melaksanakan tugas masing-masing yang diperintahkan oleh Kerajaan.
Dalam waktu yang tidak lama, semua ini telah dipersiapkan hanya menunggu
angkatan dari Kerajaan Siak saja.
Oleh
mentri yang mencari hulubalang yang handal telah pula datang. Dia telah membawah
seorang hulubalang bernama Encik Engkok, karena tangan kanannya bengkok.
Hulubalang ini keturunan Suku bintan asal dari melaka.Masuk ke Bintan Tanjung
Pinang dan kemudian masuk ke Pelalawan. Dia tidak di makan peluru dan senjata.
Sedangkan senjata yang digunakannya hanya antan gobeknya sendiri.Kemudian
hulubalang ini bertugas menunggu di rakit laut Mempusun.
Sedangkan
di Kerajaan Siak bersiap-siap pula untuk membuat suatu perlengkapan untuk
mengadakan penyerangan terhadap Kerajaan Pelalawan,antara lain membuat satu
buah perahu besar beserta alat yang tahan tembak (serangan) dari musuh yaitu Baheram, nama kapal angkatan siak
semasa itu. Angkatan perang tersebut dinakhodai seorang hulubalang handal bernama T. S. Osman, seorang pahlawan
yang gagah berani di kerajaan siak saat itu. Beberapa pasukan lainnya juga
dipersiapkan untuk menyerang Kerajaan Pelalawan dewasa itu.
Setelah
perlengkapan dipersiapkan Kerajaan Siak, Kapal Perangnya Baheram ini pun
berlayar ke Pelalawan melalui Sungai Kampar. Entah berapa lama dalam
perjalanan, maka sampailah di Kuala Mempusun. Maka saat itu di mulailah
penyerangan dari Siak maupun dari Pelalawan. Pihak Pelalawan dipimpin lansung oleh
seorang hulubalang bernama Encik Engkok yang menjaga rakit laut Mempusun.
Sudah
hampir satu minggu berperang, namun angkatan perang dari Kerajaan Siak belum
juga dapat melumpuhkan pertahanan Kerajaan Pelalawan. Bahkan Kapal Baheram, Kapal
angkatan Kerajaan Siak ini telah mendapat kerusakan berat. Kapal tersebut
mundur ke suatu tempat yaitu Teluk Mundur di sebelah hilir Kuala Mempusun.
Dari
Teluk Mundur ia bertolak mengadakan serangan ke Kuala Mempusun ini setiap hari
dilakukan. Pada serangan hari terakhir, Kapal Baheram ini mendapat kerusakan
berat tidak dapat mengadakan perlawanan lagi. pada sorenya, kapal Baheram berangkat
pulang menuju Kerajaan Siak berserta seluruh pasukan yang dipimpin oleh T. S.
Osman. Keadaan kecewa pada saat itu, keluar satu pantun dari masyarakat
Pelalawan saat itu sebagai berikut :
Empak-empak
diujung galah
Anak
toman disambar elang
Pelalawa
dirompak haram tak kalah
Baheram
T. S. Osman berlayar pulang.
Maka
saat pulang Kapal Baheram ini, sesampainya di seberang kampung Ransang Kapal
tersebut tenggelam. Sejak itu tempat itu diberi nama Rasau Baheram karena kapal
tersebut tenggelam ditempat ada suatu tempat rasaunya rapat berlubuk dalam.
Dimasa silam, tempat ini dianggap angker dan jarang orang berlalu lintas
ditempat ini.
Sesudah
Kapal Baheram ini tenggelam maka pulanglah pasukan dari Kerajaan Siak yang
dipimpin oleh panglima perangnya T. S. Osman dalam keadaan kecewa, melaporkan
kepada Kerajaan Siak saat itu. Puluhan tahun berlalu, Kerajaan Siak tidak juga
lupa untuk menaklukkan Kerajaan Pelalawan
ini. Pada suatu waktu, Kerajaan Siak memerintah seorang pembantu istana
berpakaian cumpang-camping pergi ke Pelalawan menyamar sebagai orang
minta-minta. Sampailah orang ini ke Kerajaan Pelalawan dan meminta-minta rumah
penduduk untuk makanan sehari-hari. Sampailah berita ini ke telinga Raja yaitu
Maharaja Sinda. Disuruhlah pengawal istana mencari orang minta-minta rumah
penduduk beberapa hari yang lalu. Pengawal Raja tidak membuang waktu lagi, lalu
mencari orang tersebut. Setelah dapat, pengawal ini lansung dibawa ke istana
menghadap Raja. Sewaktu Maharaja Sinda melihatnya, Baginda menanyakan dari mana
asal-usul peminta tersebut, ia menjawab ia tidak punya famili di kampung
asalnya Dayun.
Baginda
tidak ada kecurigaan dihatinya. Orang ini dibawalah tinggal di istana. Bersama-sama
pengawal lainnya diberilah pakaian baru. Dibuanglah pakaian cumpang-camping
yang dipakai orang itu, sehingga semua penduduk tertanya mengenai orang yang
selalu datang ke rumahnya meminta-minta beberapa hari yang lalu. Entah berapa
tahun lamanya ia berbuat sebaik-baiknya jujur dan patuh kepada Baginda, ia
dikawinkan oleh baginda kepada salah seorang anak pengawal istana.
Sejak
orang ini dikawinkan oleh baginda, namanya pun diganti. Kalau dulu Kuluh
diganti Kasim, sedangkan kepercayaan Baginda bertambah-tambah. Kalau dulu
ia bertugas menjaga gudang mesiu di
Mempusun berkawan-kawan, saat itu ia
cukup sendirian saja menjaga gudang tersebut.
Padahal
dia itu ditugaskan khusus dari Kerajaan Siak untuk menyirami semua mesiu yang
ada di gudang Mempusun saat itu. Pada waktu inilah Kasim mulai melaksanakan
tugasnya menyirami semua mesiu yang ada di gudang saat itu. Setelah siap semua
mesiu yang ada disiramnya, Kasim lalu melarikan diri tidak datang lagi ke
istana menemui istrinya. Sesudah peristiwa itu, sedikit pun tidak tahu kemana
rantau perginya.
Entah
berapa lamanya ia di perjalanan, sampailah ia ke Siak. Dia lansung menghadap
Raja menyampaikan tugasnya yang diperintahkan oleh Kerajaan Siak beberapa tahun
yang lalu. Baginda bersiaplah mengatur serangan kedua kalinya merebut Pelalawan
kembali. Diperintahkanlah Hulubalang dan pasukan untuk menyerang Pelalawan.
Setelah sampai di Pelalawan, pasukan dari Kerajaan Siak ini sedikitpun tidak
ada perlawanan lagi karena semua mesiu dan peluru telah disiram air. Tidak satu
pun yang dapat dipergunakan lagi, maka Kerajaan Pelalawan dapat diduduki oleh
Kerajaan Siak tanpa ada perlawanan.
Sejak
itulah Maharaja Sinda dan semua orang pengikutnya pindah ke Kuala Tolam antara
lain : Encik Engkok, Panglima Hitam, Panglima Garang, dan Cik Jeboh.
Sesampainya
Maharaja Sinda ini ke kuala tolam, beliau tidak mau lagi disebut namanya karena
ia malu dan tidak mau mematuhi perintah
dari Kerajaan Siak. Sebabnya Raja siak adalah adik iparnya sendiri.
Orang-orang
pengikutnya ini ada dia antara Panglima Hitam dan Panglima Garang kuburannya
ada di Kuala Tolam. Sedangkan Encik Engkok entah dimana kuburnya, sedangkan Cik
Jeboh ia meninggalkan Tolam menuju ke Bunut. Ada Makam Telapak Kakinya di
Pangkalan Bunut.
Menurut
cerita orang tua-tua di Kuala Tolam, semasa Maharaja Sinda hidup, apabila ia
melihat ayam berkokok menghadap ke Siak ayam ini akan di pancungnya, dan
apabila bertemu pisang berjantung menghadap ke Siak, pisang ini akan di tebangnya.
Sikap ini dibawa sampai ke liang kubur sehingga batu nisan di makamnya tidak
mau menghadap kiblat, karena kiblat adalah arah ke Siak. Sebab itulah makamnya
membujur ke Sungai Kampar. Saat ini Makam Maharaja Sinda terletak di seberang
Kuala Tolam,sekitar 500 meter dari Sungai Kampar. sumber : mitos marhum kampar dan cerita rakyat pelalawan penulis tenas effendy dan H jamaludin TA
a.
Makam Maharaja Sinda di seberang Desa Kuala
Tolam;
b.
Kuburan Panglima Hitam di seberang Desa Kuala
Tolam;
c.
Kuburan Panglima Garang di sebelah hulu sungai
Tolam;
d.
Makam Telapak Kaki Cik Jeboh di Pangkalan Bunut;
e.
Kubu/ Benteng pertahanan di sungai Mempusun dan
sekitarnya
f.
Tempat Kapal Baheram tenggelam di Rasau Baheram, Ransang
g.
Tempat Kemudi Kapal Baheram di Teluk Kemudi,
Pangkal Terap
h.
Tempat Kapal Baheram mundur ialah di Teluk
Mundur, kuala tolam
1 Makam Maharaja Sinda
2 Batu nisan Maharaja Sinda dan Batu-batu/Batu Nisan yang dijumpai masyarakat di sekitar Makam Maharaja Sinda