Kamis, 22 November 2012

0 komentar

GAJAH MINO DIBANDAR NASI-NASI
               Menurut cerita Binatang ini berkawan-kawan. Binatang ini bisa hidup dilaut dan didarat. Badannya sebesar kerbau. Binatang ini potong badannya seperti babi, kepala runcing,ekornya kecil. Badannya tidak berbulu dan kehitam-hitaman seperti lumba-lumba dan berkaki empat, jari-jarinya tidak terpisah seperti jari itik. Apabila bulan terang, pernah dijumpai orang dipantai Sungai Nasi-Nasi. Binatang ini bermain dipantai tersebut dan berbunyi seperti bunyi kerbau menguek.
               Sekitar 18 tahun yang lalu(sekitar tahun 1994), pernah dijumpai orang, antara lain saudara Syahril Ahmad. Dia menjumpainya waktu jam 15.00 Wib, ia melihat seekor binatang sebesar kerbau dipantai nasi-nasi. Binatang itu berjemur diatas pantai. Maka dilihatnya sejelas-jelasnya. Jarak dari binatang itu sekitar 30 meter, Syahril ada beberapa kawan-kawan ditempat itu. Mereka turun dari perahu secara diam-diam, tetapi kedengaran oleh binatang itu. Lalu gajah mino itu langsung turun ke air secara lambat-lambat. Syahril dan kawan-kawan pergi ketempat binatang tersebut turun. Akan tetapi, mereka tidak melihat satu pun jejaknya. Ternyata binatang ini memiliki kaki seperti itik antara tangan ke kaki ada kulitnya yang tidak terpisahkan.
               Tidak lama sesudah itu ditemui lagi oleh saudara Atan. Ditemuinya sewaktu binatang ini didalam air menyongsong air surut, sejarak 10 meter darinya. Waktu hari hujan ribut sekitar pukul 15.00 Wib, ia melihat bagian binatang ini hanya sebelah belakang saja. menurut ceritanya ada sekitar 2 meter panjang badannya.
               Sebelum ini ada ditemui orang lagi di daerah teluk Tolam sewaktu hari pasang. Binatang ini menyongsong air pasang larinya kencang menghadap kehilir orang ini langsung mengejarnya sekitar 5 meter jaraknya. Binatang ini tenggelam sambil menimbulkan tabun kayu batang dan genek air yang besar. Orang ini pun lari ketepi karena ia ketakutan. Dia menyangka saat itu adalah kerbau menyeberang sungai itu sebelum ini dijumpai lagi diperairan Pekan Tua seorang penduduk menyauk Udang sekitar pukul 22.00 WIB. Ia berkayuh dan merasa terangkat sampannya dari sungai dan bergerak laju menyongsong sungai. Disangkanya waktu air pasang ada sekitar puluhan depa ia mudik dibawah oleh binatang ini. Tiba-tiba sampannya tersebut ditinggalkannya begitu saja, sehingga hampir karam.
               Barulah mereka merasa ketakutan. Dia pun pulang dan tidak menyauk udang lagi beberapa malam berikutnya. Kalau melihat kejadian ini, orang tua-tua kami berkeyakinan bahwa didaerah teluk sungai Domo ini tempat binatang tersebut menetap. Sebab, tempat ini suatu teluk yang dalam, tambahan airnya disini berpusing-pusing dan airnya selalu membuak atau menyembur dari bawah sungai. Ditempat ini orang selalu berebut, sebab jumlah tangkapannya tidak ada bandingnya dengan tempat lain.
            Gajah mino ini juga berada disungai kerumutan dan salah satu pantai di Pulau Muda.
            “sekian ulasan tentang cerita Gajah Mino dari kami apabila ada kesalahan kami mohon maaf”
sumber : Mitos Marhum Kampar dan Cerita Rakyat Dari Pelalawan Karya Tenas Effendy Dan H Jamaludin TA

Selasa, 06 November 2012

1 komentar
   Cerita Rakyat Kuala Tolam


Sejarah Makam Maharaja sinda
Maharaja sinda nama gelarannya, nama aslinya T. S. Abdurrahman dari Kerajaan Johor. Dia hijrah ke Siak Sri Inderapura bersama seorang saudara perempuan (adik kandungnya). Sesampainya di Siak, adik kandungnya kawin dengan seorang Raja Siak Sri Inderapura. Kemudain Maharaja Sinda ini di perintahkanlah ke Pelalawan oleh Raja Siak saat itu ( adik iparnya) untuk membina Kerajaan Pelalawan saat itu.
Dibuatlah suatu perjanjian mengenai hasil Kerajaan Pelalawan ini dibagi tiga : satu bahagian untuk Siak dua bahagian untuk Pelalawan. Perjanjian ini di setujui oleh kedua belah pihak. Tidak lama sesudah itu, pindah Maharaja Sinda ke Pelalawan untuk menjalankan tugas di Kerajaan Pelalawan.
Entah berapa lamanya ia menjalankan tugas di Kerajaan ini, ia mendapat tuduhan upeti yang dijanjikan tidak diberikan menurut semestinya sesuai perjanjian yang disepakati. Sedangkan hasil Kerajaan ini melimpah ruah, inilah tuduhan dari Kerajaan Siak. Padahal beliau tidak berbuat hal sedemikian.
Pada saat itu Maharaja Sinda merasa kecewa atas tuduhan demikin itu, maka diutuslah seorang pejabat dari Kerajaan Pelalawan untuk memberi penjelasan kepada Kerajaan Siak saat itu. Maka pejabat tersebut lansung meghadap Raja Siak. Namun, apa yang di sampaikan oleh pejabat
Cuma Kerajaan Siak memberikan keputusan yaitu : uang upeti yang dijanjikan telah dibuat supaya dibatalkan harus diperbuat baru, dengan ketentuan dua bahagian untuk Siak satu bahagian untuk Pelalawan. Jika Kerajaan Pelalawan tidak setuju, hubungan Pemerintah Kerajaan Siak dengan Kerajaan Pelalawan mulai saat ini diputuskan. Segalah hasil Kerajaan Pelalawan di ambil secara kekerasan atau perang dalam waktu yang singkat. Selesai pejabat tersebut menerima keputusan itu, beliau pun ke Pelalawan menyampaikan hasil perundingan dan keputusan dari Kerajaan Siak yang dibawanya, kepada Raja Pelalawan yaitu Maharaja Sinda. Mendengar berita ini, Maharaja Sinda ini tidak banyak pikir singkat lagi. Baginda pun mengumpulkanlah Hulubalang, Menteri dan Pejabat-pejabat dalam Kerajaan Pelalawan dan menyampaikan beberapa hal : di seberang sungai Mempusun di buat Kubu (benteng) di bangun gudang mesiu. Kemudian di Kuala Sungai itu pun di bangun rumah jaga, dan dilaut Sungai Mempusun di pasang rakit untuk menutup sungai supaya Kapal perang angkatan Kerajaan Siak tidak dapat menyerang Kerajaan Pelalawan.
Dan diperintahkan kepada beberapa menteri untuk mencari hulubalang yang handal mempunyai ilmu batin yang ternama. Selain musyawarah tersebut, semua pejabat kerajaan bersiaplah melaksanakan tugas masing-masing yang diperintahkan oleh Kerajaan. Dalam waktu yang tidak lama, semua ini telah dipersiapkan hanya menunggu angkatan dari Kerajaan Siak saja.
Oleh mentri yang mencari hulubalang yang handal telah pula datang. Dia telah membawah seorang hulubalang bernama Encik Engkok, karena tangan kanannya bengkok. Hulubalang ini keturunan Suku bintan asal dari melaka.Masuk ke Bintan Tanjung Pinang dan kemudian masuk ke Pelalawan. Dia tidak di makan peluru dan senjata. Sedangkan senjata yang digunakannya hanya antan gobeknya sendiri.Kemudian hulubalang ini bertugas menunggu di rakit laut Mempusun.
Sedangkan di Kerajaan Siak bersiap-siap pula untuk membuat suatu perlengkapan untuk mengadakan penyerangan terhadap Kerajaan Pelalawan,antara lain membuat satu buah perahu besar beserta alat yang tahan tembak (serangan) dari musuh yaitu Baheram, nama kapal angkatan siak semasa itu. Angkatan perang tersebut dinakhodai seorang hulubalang  handal bernama T. S. Osman, seorang pahlawan yang gagah berani di kerajaan siak saat itu. Beberapa pasukan lainnya juga dipersiapkan untuk menyerang Kerajaan Pelalawan dewasa itu.
Setelah perlengkapan dipersiapkan Kerajaan Siak, Kapal Perangnya Baheram ini pun berlayar ke Pelalawan melalui Sungai Kampar. Entah berapa lama dalam perjalanan, maka sampailah di Kuala Mempusun. Maka saat itu di mulailah penyerangan dari Siak maupun dari Pelalawan. Pihak Pelalawan dipimpin lansung oleh seorang hulubalang bernama Encik Engkok yang menjaga rakit laut Mempusun.
Sudah hampir satu minggu berperang, namun angkatan perang dari Kerajaan Siak belum juga dapat melumpuhkan pertahanan Kerajaan Pelalawan. Bahkan Kapal Baheram, Kapal angkatan Kerajaan Siak ini telah mendapat kerusakan berat. Kapal tersebut mundur ke suatu tempat yaitu Teluk Mundur di sebelah hilir Kuala Mempusun.
Dari Teluk Mundur ia bertolak mengadakan serangan ke Kuala Mempusun ini setiap hari dilakukan. Pada serangan hari terakhir, Kapal Baheram ini mendapat kerusakan berat tidak dapat mengadakan perlawanan lagi. pada sorenya, kapal Baheram berangkat pulang menuju Kerajaan Siak berserta seluruh pasukan yang dipimpin oleh T. S. Osman. Keadaan kecewa pada saat itu, keluar satu pantun dari masyarakat Pelalawan saat itu sebagai berikut :
Empak-empak diujung galah
Anak toman disambar elang
Pelalawa dirompak haram tak kalah
Baheram T. S. Osman berlayar pulang.
Maka saat pulang Kapal Baheram ini, sesampainya di seberang kampung Ransang Kapal tersebut tenggelam. Sejak itu tempat itu diberi nama Rasau Baheram karena kapal tersebut tenggelam ditempat ada suatu tempat rasaunya rapat berlubuk dalam. Dimasa silam, tempat ini dianggap angker dan jarang orang berlalu lintas ditempat ini.
Sesudah Kapal Baheram ini tenggelam maka pulanglah pasukan dari Kerajaan Siak yang dipimpin oleh panglima perangnya T. S. Osman dalam keadaan kecewa, melaporkan kepada Kerajaan Siak saat itu. Puluhan tahun berlalu, Kerajaan Siak tidak juga lupa untuk menaklukkan Kerajaan Pelalawan  ini. Pada suatu waktu, Kerajaan Siak memerintah seorang pembantu istana berpakaian cumpang-camping pergi ke Pelalawan menyamar sebagai orang minta-minta. Sampailah orang ini ke Kerajaan Pelalawan dan meminta-minta rumah penduduk untuk makanan sehari-hari. Sampailah berita ini ke telinga Raja yaitu Maharaja Sinda. Disuruhlah pengawal istana mencari orang minta-minta rumah penduduk beberapa hari yang lalu. Pengawal Raja tidak membuang waktu lagi, lalu mencari orang tersebut. Setelah dapat, pengawal ini lansung dibawa ke istana menghadap Raja. Sewaktu Maharaja Sinda melihatnya, Baginda menanyakan dari mana asal-usul peminta tersebut, ia menjawab ia tidak punya famili di kampung asalnya Dayun.
Baginda tidak ada kecurigaan dihatinya. Orang ini dibawalah tinggal di istana. Bersama-sama pengawal lainnya diberilah pakaian baru. Dibuanglah pakaian cumpang-camping yang dipakai orang itu, sehingga semua penduduk tertanya mengenai orang yang selalu datang ke rumahnya meminta-minta beberapa hari yang lalu. Entah berapa tahun lamanya ia berbuat sebaik-baiknya jujur dan patuh kepada Baginda, ia dikawinkan oleh baginda kepada salah seorang anak pengawal  istana.
Sejak orang ini dikawinkan oleh baginda, namanya pun diganti. Kalau dulu Kuluh diganti Kasim, sedangkan kepercayaan Baginda bertambah-tambah. Kalau dulu ia  bertugas menjaga gudang mesiu di Mempusun berkawan-kawan, saat  itu ia cukup sendirian saja menjaga gudang tersebut.
Padahal dia itu ditugaskan khusus dari Kerajaan Siak untuk menyirami semua mesiu yang ada di gudang Mempusun saat itu. Pada waktu inilah Kasim mulai melaksanakan tugasnya menyirami semua mesiu yang ada di gudang saat itu. Setelah siap semua mesiu yang ada disiramnya, Kasim lalu melarikan diri tidak datang lagi ke istana menemui istrinya. Sesudah peristiwa itu, sedikit pun tidak tahu kemana rantau perginya.
Entah berapa lamanya ia di perjalanan, sampailah ia ke Siak. Dia lansung menghadap Raja menyampaikan tugasnya yang diperintahkan oleh Kerajaan Siak beberapa tahun yang lalu. Baginda bersiaplah mengatur serangan kedua kalinya merebut Pelalawan kembali. Diperintahkanlah Hulubalang dan pasukan untuk menyerang Pelalawan. Setelah sampai di Pelalawan, pasukan dari Kerajaan Siak ini sedikitpun tidak ada perlawanan lagi karena semua mesiu dan peluru telah disiram air. Tidak satu pun yang dapat dipergunakan lagi, maka Kerajaan Pelalawan dapat diduduki oleh Kerajaan Siak tanpa ada perlawanan.
Sejak itulah Maharaja Sinda dan semua orang pengikutnya pindah ke Kuala Tolam antara lain : Encik Engkok, Panglima Hitam, Panglima Garang, dan Cik Jeboh.
Sesampainya Maharaja Sinda ini ke kuala tolam, beliau tidak mau lagi disebut namanya karena ia  malu dan tidak mau mematuhi perintah dari Kerajaan Siak. Sebabnya Raja siak adalah adik iparnya sendiri.
Orang-orang pengikutnya ini ada dia antara Panglima Hitam dan Panglima Garang kuburannya ada di Kuala Tolam. Sedangkan Encik Engkok entah dimana kuburnya, sedangkan Cik Jeboh ia meninggalkan Tolam menuju ke Bunut. Ada Makam Telapak Kakinya di Pangkalan Bunut.
Menurut cerita orang tua-tua di Kuala Tolam, semasa Maharaja Sinda hidup, apabila ia melihat ayam berkokok menghadap ke Siak ayam ini akan di pancungnya, dan apabila bertemu pisang berjantung menghadap ke Siak, pisang ini akan di tebangnya. Sikap ini dibawa sampai ke liang kubur sehingga batu nisan di makamnya tidak mau menghadap kiblat, karena kiblat adalah arah ke Siak. Sebab itulah makamnya membujur ke Sungai Kampar. Saat ini Makam Maharaja Sinda terletak di seberang Kuala Tolam,sekitar 500 meter dari Sungai Kampar. sumber : mitos marhum kampar dan cerita rakyat pelalawan penulis tenas effendy dan H jamaludin TA


a.      Makam Maharaja Sinda di seberang Desa Kuala Tolam;
b.      Kuburan Panglima Hitam di seberang Desa Kuala Tolam;
c.      Kuburan Panglima Garang di sebelah hulu sungai Tolam;
d.      Makam Telapak Kaki Cik Jeboh di Pangkalan Bunut;
e.      Kubu/ Benteng pertahanan di sungai Mempusun dan sekitarnya
f.       Tempat Kapal Baheram  tenggelam di Rasau Baheram, Ransang
g.      Tempat Kemudi Kapal Baheram di Teluk Kemudi, Pangkal Terap
h.      Tempat Kapal Baheram mundur ialah di Teluk Mundur, kuala tolam

1 Makam Maharaja Sinda

2 Batu nisan Maharaja Sinda dan Batu-batu/Batu Nisan yang dijumpai masyarakat di sekitar Makam Maharaja Sinda

Advertisement

 

Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com